Minggu, 13 Mei 2012

Analisa dinamika psikologis dengan pendekatan psikoanalisis


Dalam pendekatan psikoanalisa yang mempelajari penyakit jiwa, apapun gangguannya baik psikotik maupun non psikotik disebabkan karena adanya "kejomplangan" dari ID-EGO-SUPEREGO dari individu tersebut. Maka fokus assesment yang digunakan pada pendekatan ini yaitu menemukan masa lalu dan melihat paradigma psikopatologi dari individu yang mengalami gangguan, seperti analisa kasus dibawah ini :


Childhood Event

  • Figur ibu lebih dominan
  • Subjek jarang berkomunikasi dengan ayah
  • Pola asuh orang tua yang cenderung memanjakan dan perhatian yang berlebihan
  • Mendapat perlakuan yang berbeda dengan adiknya
  • Prestasi akademik yang selalu baik
  • Keinginan dekat dengan sosok ayah sebagai kepala keluarga
  • Pola asuh orang tua yang mendidik kemandirian
  • Mendapat perlakuan dan perhatian yang sama dengan adiknya
Later Life Event

  • Saat SMP, selalu mendapat nilai baik dan peringkat pertama
  • Namun, saat SMA prestasi menurun karena mulai pacaran dan merasakan sakit
  • Saat kelas 1 SMA, mengeluhkan sering pusing dan kebingungan
  • Subjek sering mengganti posisi barang yang telah diatur ayahnya
Conditioning Event
Kondisi subjek yang sering merasakan pusing dan kebingungan, dan jika penyakit ini kambuh subjek selalu malas untuk melakukan aktifitas, selain itu subjek merupakan pribadi yang tidak bisa jauh dari perhatian orang tua (keluarga).
Traumatic Event
Saat ujian SMA , subjek pernah merasa sangat bingung sampai-sampai subjek tidak membawa alat tulis apapun dan akhirnya tidak mengerjakan soal ujian tersebut.
Precipitating Event
Perasaan kecewa, merasa kurang diperhatikan dan disepelekan oleh suami serta konflik kebingungan dalam diri subjek untuk menuruti suami atau ibu subjek dalam hal minum obat.
The Complex

  • Subjek merasa malu karena tingkat pendidikan yang tidak sejajar dengan suaminya
  • Subjek merasa suaminya cuek dan jarang sekali berkomunikasi dengannya
  • Subjek merasa direndahkan oleh suami, karena setiap kali ada masalah subjek tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

Coping tidak efektif
Maka kumpulan dari kekecewaan dan perasaan tertekan yang dialami  subjek selalu disimpan dalam dirinya sendiri(Defence mechanism, berupa represi) menyebabkan subjek melakukan penyesuaian diri yang salah.
AKIBATNYA : 
Muncul simtom-simtom gangguan jiwa

Minggu, 06 Mei 2012

Dinamika Psikologis Penderita Skizofrenia

Gangguan Skizofrenia sebenarnya telah banyak dibicarakan sejak ratusan tahun yang lalu.Dalam sejarah berkembangnya banyak sekali tokoh psikiatri maupun neurologi yang berperan. Sudut pandang dalam mengenal bagaimana Skizofrenia yang merupakan termasuk dalam gangguan psikotik dan dianggap sebagai salah satu gangguan mental yang paling parah ini dapat dilihat dari 3 mazhab Psikologi. yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
  • Sudut Pandang Psikoanalisa

Freud yang merupakan salah satu tokoh terkenal dalam Aliran psikoanalisa beranggapan bahwa skizofrenia adalah suatu hasil dari fiksasi perkembangan, dan merupakan konflik antara ego dan dunia luar. Menurut Freud, kerusakan ego ini memberikan kontribusi terhadap munculnya simtom skizofrenia pada penderitanya. Secara umum, kerusakan ego mempengaruhi interpretasi terhadap realitas dan kontrol terhadap dorongan dari dalam, seperti seks dan agresi. jika dilihat dari simtom yang ada, yaitu simtom positif  yang diasosiasikan dengan onset akut sebagai respon terhadap faktor pencetus dan erat kaitannya dengan faktor biologis , sedangkan gangguan dalam hubungan interpersonal mungkin timbul akibat kerusakan intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan dengan kerusakan ego yang mendasar. menurut pandangan ini, simtom-simtom skizofrenia memiliki makna simbolis bagi penderitanya. misalnya waham kebesaran yang mungkin timbul setelah harga dirinya terluka ataupun fantasi -fantasi yang muncul dalam dirinya mengindikasikan persepsi-persepsi ataupun yang lain. 
  •  Sudut Pandang Behavioristik
Dinamika psikologis skizofrenia dalam sudut pandang ini dapat dikaitkan dalam bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya . dalam faktor-faktor penyebab gangguan jiwa, salah satunya dibahas dalam neurokimia yaitu gangguan kromosom menyebabkan munculnya gangguan perkembangan. Salah satu penyebabnya yaitu karena adanya pola suh patogenik, diantaranya melindungi anak dengan cara yang berlebihan dengan sikap berkuasa, disiplin yang terlalu keras, anak yang ditolak kehadirannya (Rejected child) perselisihan antara ayah-ibu sampai pada perceraian, serta penanaman nilai-nilai buruk yang tidak bermoral pada anak. Hubungan interpersonal antara orang tua dan anak yang buruk pada  perjalanan hidup penderita skizofrenia merupakan salah satu faktor yang diditekankanpada sudut pandang behavioristik.
  • Sudut Pandang Humanistik
Dalam teori humanistik adanya faktor aktualisasi diri yang mengalami kemunduran yaitu ketika seseorang merasakan inferioritas yang mengarah pada stress yang berkepanjangan dan gangguan secara emosional yang akan mengarah pada simtom-simtom yang muncul pada pasien gangguan jiwa. bila tidak segera di tangani, maka pola pikir atau appraisal pada penderita akan semakin memburuk dan semakin mengganggu kesehatan jiwanya.

who's Anders Breivik ?

Anders Behring Breivik merupakan seorang terdakwa dalam kasus pembunuhan yang menewaskan 77 jiwa warga negara Norwegia. Aksi Breivik di Oslo dan di Pulau Utoeya juga menyebabkan 151 orang mengalami luka-luka. Kejadian mengerikan tersebut terjadi pada 22 Juli 2011 yang diawali dengan aksi Breivik yang meledakkan sebuah bom dalam sebuah mobil barang di luar kantor pemerintahan Oslo. terdapat delapan korban jiwa melayang dalam kejadian bom pertama tersebut. Lalu, siapakah sebenarnya Breivik ? bagaimana latar belakang dan motif dari tindakannya dalam pembunuhan ini ?


Anders Behring Breivik


BIOGRAFI
Born                : Norway, 13 February 1979
Age                 : 33th
Nationality       : Norwegian
Religion           : Christianity
Anders dikenal sebagai pria pemeluk Kristen yang taat beribadah. Lahir dalam lingkungan keluarga kelas menengah, Ibu Anders adalah seorang perawat, ayahnya merupakan seorang Diplomat di Kedutaan Besar Norwegia,London. Namun, ayah dan ibu Anders bercerai saat usia Anders menginjak 1 tahun.Saat masih remaja Anders dikenal sebagai pemuda biasa yang lebih senang menghabiskan waktunya sendiri, tidak terlihat sama sekali bahwa dirinya tertarik pada politik saat itu. sebelumnya tidak pernah memiliki catatan tindak kriminal di kepolisian dan juga tidak memiliki latar belakang pendidikan di kemiliteran. Latar belakang pendidikan Anders yaitu sekolah Managemen di Oslo. 

Tragedi Aksi pemboman yang dilakukan Anders 

     Bom berkekuatan besar meledak di Pusat pemerintahan Oslo, Jumat 22 Juli 2011.dua jam setelah peledakan disusul oleh aksi penembakan brutal di Pulau Utoya, 30 kilometer dari Oslo. disinyalir lebih dari 70 orang tewas dalam aksi penembakan itu. Korbannya merupakan Peserta perkemahan Pemuda Partai Buruh Norwegia. Dalam aksi brutalnya ini Anders mengenakan seragam polisi dan dalam pengakuannya ide pembantaian massal ini muncul sesaat setelah dirinya membaca situs milik Al-Qaeda, selain itu aksinya ini dipicu oleh keinginannya meniru film dokumenter konflik Iran & Afghanistan. menurutnya inilah cara yang paling tepat dalam menunjukkan sikap nasionalismenya.
"Saya telah mencoba semua cara-cara damai, saya pribadi menemukan bahwa ini adalah sia-sia. Saya mencoba untuk melibatkan diri secara politik, menulis esai, dan tak bisa lolos ke editor. Kemudian hanya ada satu kemungkinan, yaitu kekerasan," kata Anders.
selain masalah multikulturalisme, Anders juga mengaitkan sistem kurikulum di Norwegia yang dianggapnya salah.  Ketika ditanya apakah ia menganggap serangan teroronya adalah perbuatan seorang pengecut, Anders malah mengatakan bahwa perbuatan itu adalah "paling mulia" untuk menantang militer Norwegia. 
"Tapi ketika Anda dihadapkan pada satu kekuatan besar, seseorang dipaksa untuk melakukan perang asimetris, dan satu-satunya yang Anda miliki kemudian adalah unsur kejutan." Tuturnya.
 Berdasarkan keterangan-keterangan dari Anders inilah maka para ahli jiwa mengatakan bahwa Anders mengidap Paranoid Schizophrenia diperjelas oleh pengakuannya yang meyakini bahwa dirinya telah dipilih untuk menyelamatkan rakyat Norwegia. dirinya juga meyakini bahwa ia berhak untuk menentukan mana yang seharusnya dibiarkan hidup dan mana yang harus mati. meskipun mengakui adanya dakwaan tuntutan yang dijatuhkan kepada dirinya, namun Anders bersikeras bahwa dirinya tidak bersalah dalam tragedi ini.

Analisa :
Berdasarkan data fakta dan keterangan dari Anders diatas, dirinya dapat digolongkan Abnormal dan menderita Skizofrenia paranoid dengan simtom-simtom yang muncul sebagai berikut :


  • Halusinasi yang dialami Anders terlihat ketika dalam pengakuannya dirinya merasa mendengarkan 100 suara yang menyuruhnya untuk mengurungkan niatnya untuk menembak korban pertamanya dalam aksinya, namun hal tersebut dihiraukan dan ia tetap melanjutkan aksinya.
  • Anders mengalami Delusion of Influence yaitu suatu waham tentang dirinya yang dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dalam berfikir dan bertindak. ia mengakui bahwa dirinya adalah seorang pelaku politik ekstrim yang perduli terhadap rakyat Norwegia dari para imigran dan multikulturalisme.
  • Waham Kebesaran, waham ini ada pada diri Anders yang ditandai dengan pengakuannya yang mengatakan bahwa dirinya yakin telah dipilih untuk menyelamatkan rakyat Norwegia dan mengetahui mana yang harus dibiarkan hidup dan harus mati. 
  • Gangguan Afektif , gangguan ini ada dalam diri Anders yang sama sekali tidak memiliki empati atas apa yang diderita orang lain atas apa yang dilakukannya. Menurutnya dirinya akan ambruk ketika empati itu muncul dalam dirinya. Pernyataannya juga sama sekali tidak menunjukkan rasa penyesalan dan bersalah sedikitpun. Menurutnya, apa yang telah dilakukannya bukan termasuk kejahatan, tetapi bentuk perlindungan terhadap warga Norwegia dari ancaman multikulturalisme.
jadi dari paparan kasus diatas, kita dapat belajar satu lagi kasus nyata mengenai gangguan Skizofrenia. semoga tulisan analisa ini dapat menambah lagi ilmu kita terutama dalam bidang psikologi. Well, Semoga bermanfaat dan jangan lupa kasih saran maupun kritik untuk post ini yaa. :D



Sumber :
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/11/111129_breivik.shtml
http://metrotvnews.com/read/news/2012/04/20/88626/Anders-Behring-Breivik-Belajar-dari-Al-Qaeda/7 








Jumat, 04 Mei 2012

an Analysis of A beautiful Mind

a Beautiful Mind cover story

"Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart ." - a Beautiful Mind (2001)

SINOPSIS FILM :
    Film a beautiful mind merupakan film garapan sutradara Ron Howard dan diperankan apik oleh Rusell Crowe sebagai pemeran utama bernama John Forbes Nash. Film ini menggambarkan kisah perjuangan matematikawan peraih nobel dalam bidang ilmu ekonomi pada tahun 1994. Nash berhasil menemukan konsep ekonomi yaitu teori keseimbangan yang kini dijadikan sebagai dasar dari teori ekonomi kontemporer. Film ini diawali oleh perjalanan seorang Nash yang masih menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi ternama, Princeton. Sebagai seorang mahasiswa, Nash boleh dikatakan unik, caranya dalam mendapatkan ilmu tidak sama dengan mahasiswa kebanyakan lainnya. Dirinya lebih suka belajar secara otodidak dibandingkan belajar dikelas. namun dengan begitu, gelarnya sebagai Doktor diraihnya dengan ide kreatifnya yang didapat dari cara belajarnya yang unik. 

    Tak hanya mendapatkan gelar sebagai Doktor, Nash juga berhasil diterima sebagai peneliti dan pengajar di Wheller Defence lab, MIT. Ditengah karirnya yang menuntut kerja keras dan persaingan yang ketat, Nash memiliki teman sekamar yang bernama Charles Herman yang sangat memahami sifat Nash dan memiliki keponakan cilik bernama Marce. Dibalik kesuksesannya sebagai seorang peneliti, tidak banyak yang mengetahui bahwa Nash mengidap penyakit Gangguan kejiwaan, Skizofrenia.  Penyakit mental yang memiliki gejala (waham) seperti tidak dapat membedakan antara halusinasi dan kenyataan realita yang dialaminya, selalu dihinggapi rasa ketakutan akan sesuatu yang seolah-olah mengejar-ngejarnya, kemampuannya dalam bersosialisasi dengan lingkungan yang kurang, sampai pada delusi atau memiliki keyakinan yang salah terhadap suatu hal.

     Hidup Nash mulai mengalami pergoncangan hebat ketika suatu saat, ia diminta oleh PENTAGON dalam misi memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Sovyet. dalam misi inilah, Nash bertemu dengan William Parcher seorang agen rahasia yang memberinya pekerjaan sebagai mata-mata, pekerjaan yang baru yang menantang Nash sampai dirinya sangat terobsesi dengan apa yang dikerjakannya dan seakan-akan hidup di dunianya sendiri.

     Adalah Alicia Larde, seorang mahasiswi yang dinikahi oleh Nash, namun dalam perjalanannya keadaan mental Nash justru semakin parah dan merasa selalu di hantui oleh ancaman bahaya terkait dengan pekerjaannya sebagai mata-mata. perilaku Nash semakin hari semakin terlihat aneh dan parah. Suatu hari, Nash sedang menjadi pembicara dalam seminar di Harvard, Dr. Rosen seorang ahli jiwa yang menangkap waham dalam diri Nash,  dan membawa Nash ke rumah sakit jiwa. Semenjak itulah terungkap bahwa Nash mengidap Paranoid Schizophrenia. didapatkan fakta bahwa beberapa kejadian yang dialami Nash selama ini hanyalah khayalan semata. Untungnya, cinta kasih Alicia kepada Nash membantunya untuk berjuang dalam melawan penyakit serta memberinya semangat untuk bangkit.

ANALISIS WAHAM & HALUSINASI YANG DIMUNCULKAN :
Gangguan Skizofrenia paranoid yang diderita oleh Nash ditandai dengan waham-waham sebagai berikut :

  1. Waham Kejar (Persekusi) : waham ini ditandai dengan keyakinan Nash bahwa ada seseorang atau sekelompok tertentu yang mengikutinya yang sedang mengancam dan akan membahayakan dirinya.Nash merasa agen pemerintah dan mata-mata Rusia sedang mengawasinya. 
  2. Waham Kebesaran (Grandeur) : Waham yang ditandai dengan keyakinan yang sangat kuat bahwa dirinya memiliki peran penting dan kekuatan melebihi orang lain. Nash merasa bahwa dirinya merupakan pemecah kode rahasia terbaik. 
  3. Waham Pengaruh (Influence) : Waham ini ditandai dengan Nash yang merasakan bahwa ada sesuatu yang dinamakan kekuatan dari luar yang sedang mencoba untuk mengendalikan pikiran serta tindakannya. salah satu adegan yang membuktikan adanya waham ini yaitu ketika Nash mengaku saat ingin membunuh istrinya, dirinya merasa ada bisikan yang mengendalikan tindakannya tersebut. 
Halusinasi atau proses penginderaan yang salah dan tidak sesuai dengan realita serta tidak dapat diterima yaitu dimunculkan ketika Nash bertemu dengan 3 orang yang dianggapnya ada secara nyata tetapi dalam kenyataannya tidak. Adalah Charles Herman, William Parcher serta Marcee. selain ketiga orang tersebut halusinasi lainnya yaitu laboratorium rahasia dan juga nomer kode yang dipasangkan ditangannya.

Demikian sedikit analisis yang dapat saya sajikan terkait dengan Film yang sangat menginspirasi banyak orang dan memberikan tambahan manfaat ilmu psikologi bagi kita. semoga dapat bermanfaat juga bagi para pembacanya. See you there :)











Minggu, 11 Maret 2012

Rentang Kontinum Gangguan Kejiwaan



Keadaan seseorang Normal bisa mengalami Stress Ringan- Stress Sedang - Stress berat. hal ini bergantung pada bagaimana Penilaian/Pola pikir (Appraisal) yang dimiliki seseorang baik menuju ke positif atau negatif ketika mendapat Stimulus (Stressor). Mengapa demikian? karena setiap stimulus baik kejadian maupun pengalaman  yang kita dapat atau terima itu selalu bersifat netral, tetapi yang berbeda adalah bagaimana kita memberikan penilaian bagi stimulus tersebut hal ini berkaitan juga dengan keadaan Personality kita serta Social Support baik dari keluarga, teman maupun lingkungan kita. Jadi, Simtom-simtom yang dimunculkan ketika seseorang mengalami gejala stress, cemas atau depresi kemungkinan karena adanya appraisal yang negatif yang dimilikinya terhadap stimulus-stimulus yang diterimanya. so....keep positive thinking guys :)

CASE STUDY 3


CASE 3 :
 " Seorang mahasiswa (G) sering gemetaran menghadapi teman-teman yang sering mengejeknya. G telah berusaha melawan perasaan tak aman dan cemas itu, namun belum berhasil. G berusaha terus mengatasi semua keadaannya tersebut. G sekarang terlihat lebih sering menyendiri dan tidak mempunyai teman."

Pembahasan : 
Menurut saya, perilaku yang ditunjukan G masih menunjukkan Perilaku normal. Hal ini ditunjukkan dari :
Pertama, G mengalami disfungsi psikologis yang ditunjukan dari seringnya mengalami gemetaran akibat ketakutan dan kecemasan menghadapi ejekan teman-temannya. Hal ini menunjukkan integrasi antara aspek kognitif dan psikomotorik G.
Kedua, Perilaku G hampir menunjukkan kecenderungan distress Impairment. Yaitu keadaan dimana dirinya secara perlahan mulai merusak diri, yang ditandai dengan perilaku yang lebih sering menyendiri, hal ini kemungkinan karena G tidak sanggup melawan rasa takut dan cemas yang berlebihan.akan tetapi belum sepenuhnya ada kecenderungan distress impairment karena dirinya masih berusaha untuk melawan perasaan tidak aman dan cemas tersebut walaupun masih belum berhasil. 
Ketiga, Dari sudut respon atipikal, dimana secara kultural masyarakat tidak diharapkan. Ditunjukkan dengan G yang sering diejek oleh temannya dan tidak memiliki teman.  Hal ini kemungkinan terjadi karena G memiliki kepribadian atau perilaku  yang tidak bisa diterima dengan keadaan sosio kultural yang berlaku. 

Jadi dari penjelasan mengenai kecenderungan prilaku G diatas, Kasus G masih terbilang menunjukkan perilaku normal walaupun dirinya memiliki kecenderungan Distress Impairment, tetapi G masih berusaha keras untuk melawan perasaan akan cemasnya tersebut. 

Rabu, 07 Maret 2012

Gejala-gejala pada Gangguan Kejiwaan

Gejala utama atau gejala yang dapat mengidentifikasikan adanya gangguan kejiwaan dapat dilihat dari 10 kriteria yang dapat diobservasi pada saat melakukan wawancara dan observasi langsung :


1. TINGKAH LAKU
kondisi yang terlihat atau tampak pada saat mengamati klien adalah melihat dari gerakan badan saat diwawancara. Misalnya ada pasien skizofrenia yang memunculkan perilaku katatonia atau Stupor (menjadi patung), Kompulsi yaitu perilaku yang berulang-ulang/ repetitif.
2. ORIENTASI
terdapat 3 bagian yaitu waktu, tempat dan identitas. karena dari kondisi pasien gangguan jiwa yang sudah dikuasai oleh' id' mereka biasanya meorientasikan apa yang pernah dialaminya. dan terkadang jawaban yang mereka ucapkan biasanya merupakan simbolik.

3. ISI PIKIRAN
Isi pikiran ini biasanya dapat berupa obsesi yaitu pikiran dan bayangan yang repetitif dan tidak terkendali dan sudah masuk ke kesadaran individu tersebut. juga berkaitan erat dengan waham atau delusi yaitu keyakinan palsu yang tidak adekuat dan tidak dapat dikoreksi.

4. GAYA BERFIKIR
Pasien gangguan jiwa memiliki gaya berfikir yang tidak logis, dan tidak sistematis. gangguan pada sistem berfikirnya dapat dilihat dari cara berfikir atau bahasa yang dikeluarkan.

5. AFEK DAN SUASANA HATI (MOOD)
Mood merupakan perasaan subjektif yang tidak dapat bertahan lama dan cepat berubah. Sedangkan Afek adalah ekspresi yang kita keluarkan tergantung dari emosi yang kita sedang miliki. Lalu emosi adalah perpaduan dari mood dan afek yang sifatnya bisa positif ataupun negatif.
Jenis mood ada 2, Disforik (Mood yang melankolis) dan Euforik (Mood yang senang atau gembira).

6. PENGALAMAN PERSEPSI
Perbadaan pengalaman persepsi dari orang normal dengan pasien gangguan jiwa yaitu Halusinasi dan ilusi. Halusinasi (persepsi yang tidak dapat dikoreksi) dimiliki oleh orang abnormal. sedangkan Ilusi dapat dikoreksi dan masih normal. 

7. PERASAAN DIRI
Misalnya pasien yang menderita Depersonisasi yaitu merasa bagian tubuhnya terlepas atau dirinya tidak berada diruangan itu. Dapat juga terjadi kekacauan identitas, seperti kepribadian ganda dan lain-lain. 

8. MOTIVASI
Dapat ditunjukkan dari terlihat apakah memiliki motivasi yang rendah atau motivasi tinggi.

9. INTELEGENSI
Intelegensi rendah atau tinggi.

10. INSIGHT 
Pemahaman yang terkait dengan dirinya, dapat ditunjukan pasien dari cara menjawab mengapa dirinya bisa berada dalam keadaan sekarang. 



Minggu, 04 Maret 2012

CASE JURNAL PANIC OF ATTACK

COGNITIVE-BEHAVIORAL TREATMENT  PANIC OF ATTACK



Abstract: 
Anxiety affects approximately 30million Americans at some point in their lives. The most common treatment modalities used to treat the continuum are the administration of psychotropic medications and the application of behavioral therapy. The following case details an adult female who suffered from severe panic attacks for a period of 10 years wherein numerous interventions, including psychotropic medications, had failed to ameliorate her suffering. The patient was treated using the Mastery of Your Anxiety and Panic protocol. Prior to treatment, the patient reported that she experienced an average of seven panic attacks per week, her Beck Anxiety Inventory score was 58, and her Beck Depression Inventory was 23. At the completion of treatment, the patient reported that the number of panic attacks was reduced to one per week. At 4-week, 6-week, and 16-week follow-up, the patient had not experienced any panic attacks.

Keywords: panic disorder, cognitive-behavioral therapy, behavioral therapy, cognitive restructuring, exposure therapy, relaxation therapy.

 Jane reported that she had daily panic attacks with physiological reactions that included chest pain, shortness of breath, dizziness, nose burn, sudden perspiration, and numbing in the hands. The panic attacks occurred at work, at home, and in public places. She reported that the panic attacks were becomingproblematic at her workplace, and her employer had commented on her condition. Jane stated that she had experienced panic attacks for more than 10 years. She sought out help from seven previous therapists. She terminated these professional relationships prematurely, because “they weren’t helping me.” The predominant treatment approaches employed by the previous therapists involved a psychodynamic paradigm and treatment by PCP, whose treatment of choice was anxiolytic medications.

HISTORY
Jane was born in a western state in theUnited States, and spent her childhood years there. She stated that she has two older brothers and two older sisters. Jane reported that she thought her childhood was “good until she was 17 [years old].” She stated that she changed her opinion once she started visiting the families of her friends and noticed the disparity with her family.
Jane reported that her mother was diagnosed with schizoaffective disorder and had been receiving medical treatment for her disorder for many years. She noted that herfather was twice divorced and that he was an alcoholic. She described situations where her father would come home inebriated and report that he had given his paycheck away, would “beat my mom,” and would proceed to “trash the house.” Jane reported that during these tirades, her father would “beat on the oldest,” and when she tried to protect her brother, her father would “hit me upside the head.” During these situations, Jane’s mother would shirk away in fear for herself.


ANALISIS CASE
Pada jurnal ini disajiakan Kasus yang terjadi pada seorang wanita yang mengalami gangguan kecemasan atau Panic Attack yang sangat parah dan sudah dialaminya sekitar 10 tahun. Dalam waktu tersebut dirinya sudah banyak menerima berbagai interfensi, pengobatan psikotropika yang juga tidak banyak membantu keluar dari penderitaanya. Berikut ini beberapa ciri-ciri yang dialami oleh pasien yang bernama Jane penderita Panic Attack Disorder :

a.         mengalami rata-rata tujuh serangan panik/ minggu.
b.         Ketika serangan panic muncul, juga diikuti dengan reaksi fisiologis seperti nyeri dada, sesak nafas, pusing, luka bakar pada hidung, keringat tiba-tiba dan mati rasa pada seluruh badan.
c.         Serangan panic seringkali muncul ketika dirinya berada di rumah, tempat kerja maupun tempat umum lainnya.
d.         Gangguan ini sudah dialaminya selama lebih dari 10 tahun terakhir.
e.         Mengalami ketakutan pada situasi yang kondisional
f.          Jane mengalami luka batin pada kehidupan keluarganya terutama pada orang tuanya saat dia masa kecil.

Kriteriautama bagi diagnosis gangguan panik tanpa agoraphobia menurut Diagnostik dan Statistik Manual, Edisi Keempat (DSM-IV) (American Psychiatric Association, 1994 ):
 Kriteria A.1 : sejarah berulang serangan panik yang tak terduga dengan setidaknyasalah satu serangan panik telah diikuti oleh 1 bulan 
, seperti :
(a) kekhawatiran terus-menerus
(b) khawatir tentang dampak atau implikasi dari setiap serangan panik
(c) signifikan perubahan perilaku karena serangan panik. 


Kriteria B : Presentasi tidak harus menyertakan agoraphobia 
Kriteria C : Serangan panik bukan karena penggunaan zat atau kondisi medis umum
Kriteria D : Gangguan kejiwaan . Dan  Kondisi Jane memenuhi kriteria ini.
Pendekatan Penyembuhan ( Treatment)
Model penyambuhan secara behavioral dan cognitive Behavioral ini berpendapat bahwa gangguan kecemasan panic terjadi sebagai hasil dari mekanisme psikologis yang terjadi dimana rangsangan lingkungan menyebabkan reaktivitas bersyarat, yang mungkin dimediasi oleh respon yang diakibatkan oleh kondisi yang menyebabkan ketakutan atau distorsi kognitif. (Klerman et all, 1994). Treatment ini dianggap cocok bagi Jane yang pernah mengalami trauma masa kecil pada permasalahan rumah tangga ibu dan ayahnya yang membuat Jane merasa panik dan ketakutan yang berlebihan di kondisi yang tertentu. 

Sabtu, 25 Februari 2012

INVESTIGASI KASUS 'BABEH'

Mendengar kasus pembunuhan serta kasus sodomi dan mutilasi sejumlah korban yang terungkap pada awal Januari 2010 merupakan salah satu dari beberapa kasus pembunuhan yang disorot media. Baekuni atau yang biasa dipanggil Babe (48)  merupakan pelaku pembunuhan berantai dengan cara mutilasi yang korbannya adalah anak-anak jalanan yang sebelum dibunuh telah menjadi korban pelampiasan hasrat seksual babe terlebih dahulu. kepada polisi, Babe mengaku telah melakukan kekerasan sodomi yang dilanjutkan dengan pembunuhan berantai kepada 7 bocah yang 4 diantaranya juga menjadi korban mutilasinya. anak jalanan yang menjadi korban keganasan babeh rata-rata berusia 12 tahun.

LALU, SIAPAKAH BABE? APA MOTIF DIBALIK PERILAKUNYA ?

Baekuni alias Babe
Baekuni atau yang dipanggil Babe adalah seorang anak petani yang berasal dari daerah Magelang, Jawa Tengah.  Babe merupakan anak pertama dari 12 bersaudara. Babe kecil tidak pandai bersekolah. Di rumah dia selalu dimarahi karena kebodohannya oleh orang tuanya disebabkan dirinya yang tidak pernah naik kelas .Sekolahnya pun cuma sampai kelas tiga SD. Tahun 1972, saat berusia 12 tahun. Babe pergi dari rumah orangtuanya dan hijrah ke Jakarta. Di sinilah Babe merasakan kerasnya hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Babe mencari nafkah menjadi pengamen di wilayah Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.di tempat singgahnya di Jakarta inilah, Babe kecil pernah menjadi korban sodomi oleh seorang pria yang mengasuhnya dan juga sering mengalami kekerasan secara psikologis. Babe kemudian dipungut seorang bernama Cuk Saputar dan dibawa ke Kuningan, Jawa Barat untuk menggembala kerbau. di usia 21 Tahun, Babe dinikahkan tetapi dirinya mengaku memiliki gangguan seksual yaitu tidak bisa ereksi dalam berhubungan suami-istri dengan pasangannya. Anehnya, hasrat seksual Babe malah muncul ketika kembali lagi ke Jakarta, berjualan rokok sambil mengasuh beberapa anak jalanan. disinilah awal mula Babe mulai melakukan kekerasan sodomi dengan beberapa anak asuhnya.  Ia mengaku seringkali menyodomi anak asuhnya yang sering tidur dirumahnya atau yang tinggal bersamanya, meski tidak semuanya ia bunuh atau mutilasi. polisi menemukan puluhan foto-foto anak-anak jalanan yang mayoritas bocah laki-laki dalam kotak rokok di rumahnya. Foto-foto berukuran 2 X 2,5 cm itu diduga merupakan hasil jepretan dari kamera handphone. semacam ketagihan, Babe mengaku cenderung mengulangi perbuatan kejinya kepada anak- anak asuhannya ketika ada kesempatan.
setelah melihat sekilas mengenai riwayat hidup Babe diatas, bagaimana analisis mengenai perilaku yang dimilikinya? Abnormal atau normal ?

menurut apa yang saya tangkap dari riwayat Babe, Pengalaman masa kecil Baekuni atau Babemerupakan faktor pengaruh terbesar yang mendorong ia memiliki hasrat seksual yang menyimpang. kemungkinan, Babe mengalami trauma atas pengalamannya yang pernah menjadi korban sodomi dan kekerasan secara psikologis. kecenderungan untuk mengulanginya lagi di masa dewasa juga berhubungan dengan kenyataan bahwa dirinya tidak bisa "puas' ketika melakukan hubungan suami istri dengan istrinya. Hal ini juga mendorong babe untuk mencari jalan lain untuk melampiaskan hasrat seksualnya pada anak-anak kecil di jalanan yang juga merupakan anak asuhnya.apakah kasus Babe merupakan kasus Pedofilia ?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mereka yang dapat dikategorikan sebagai penderita pedofilia umurnya harus di atas 16 tahun, baik pria maupun wanita, sedangkan anak yang menjadi korban berumur 13 tahun atau lebih muda (anak prepubertas).

Menurut Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Jiwa (DSM), pedofilia adalah gangguan yang mencakup ketertarikan seksual terhadap objek yang tidak wajar atau aktivitas seksual yang tidak pada umumnya  (parafilia) di mana seseorang memiliki hubungan yang kuat dan berulang terhadap dorongan seksual dan fantasi tentang anak-anak prapuber dan di mana perasaan mereka memiliki salah satu peran atau yang menyebabkan penderitaan atau kesulitan interpersonal.
pedofilia adalah penyaluran hasrat atau nafsu seksual kepada anak-anak di bawah umur, yang tidak bisa dilakukan dengan sesama orang dewasa. Dan umumnya, penderita pedofilia ini adalah korban pelecehan seksual di masa anak-anak. Terkait dengan kasus sodomi yang termasuk pedofilia yang dilakukan Babe terhadap anak jalanan, kemungkinan adanya traumatik akan pengalaman menjadi korban sodomi yang dialami oleh Babe terbawa hingga ia dewasa. jika kita hubungkan, apakah perilaku ini termasuk perilaku normal atau abnormal maka harus diidentifikasikan dengan 3 syarat abnormalitas yang ada :

1. Pelaku mengalami Disfungsi Psikologis . Salah satu ciri dari pribadi yang mengalami gejala abnormal adalah ketika ia mengalami disfungsi secara psikologis . Disfungsi yang dimunculkannya yaitu yang terlihat ketika Babe menikah pada usia 21 tahun, tetapi di kehidupan seksual dengan istrinya, ia tidak memperoleh kepuasan secara seksual. Selain itu, pengaruh afektif yang tidak optimal dalam kehidupan masa kecil Babe yang sering mendapatkan olokan dari pihak keluarganya sehingga membuat luka yang memberkas dalam kognitif  Babe di masa dewasanya.

2. Adanya gejala Distres Impairment . Biasanya, keadaan ini disebabkan karena pelaku atau subjek berada dalam keadaan yang sudah merusak/ mengganggu dirinya baik secara fisik ataupun secara psikologis. Dalam kasus Babe, pengalaman akan menjadi korban sodomi pada masa kecil yang dialami Babe membuat dirinya mengalami trauma secara psikologis yang memunculkan hendaya dalam diri Babe ( keadaan stress yang sudah merusak diri atau kehidupan seseorang, menuju keadaan abnormal)

3. Respon Atipikal secara kultural . Respon atipikal berarti, menunjukkan bahwa perilaku yang dimunculkan tidak sesuai dengan keadaan kultural dan sosial yang berlaku dimasyarakat. Jelas dalam kasus Babe, masyarakat menganggap bahwa perilaku pedofilia merupakan penyimpangan seks yang tidak wajar, apalagi pelaku sampai tega menghabisi nyawa beberapa korbannya dan memutilasi bocah-bocah tidak bersalah yang menjadi korban Babe. 

dari 3 penjelasan mengenai kriteria Abnormalitas diatas, saya setuju bahwa kasus penyimpangan seksual pedofilia, sodomi dan pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Baekuni alias Babe merupakan termasuk perilaku abnormal. dan dapat disimpulkan juga bahwa peristiwa pembunuhan yang korbannya juga mengalami penyiksaan secara seksual memang sering berkaitan dengan keadaan psikologis si pelaku. Keadaan psikologis si pelaku yang menunjukkan gejala abnormalitas biasanya juga disebabkan dengan pengalaman traumatis si pelaku tersebut. 

Semoga Postingan mengenai Investigasi Kasus Babe ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita ya. ;)

Sumber info :
http://www.rumahbunda.com/psychology/mengenal-pedofilia-dan-pengaruhnya-bagi-anak/http://witarifol.blogspot.com/2010/01/kasus-mutilasi-babe-fenomena-anak.html

PART 2 : Mengenal Psikologi Abnormal

Dear Readers :)

Minggu kemaren posting blog ini sudah membahas mengenai sedikit perkenalan mengenai apa sih Psikologi Abnormal dan beberapa tulisan yang mengidentifikasikan perilaku normal vs abnormal. NAAAH! part 2 ini, saya mau mencoba sedikit membagi Ilmu yang udah di dapat dari pertemuan tatap muka di perkuliahan Psikologi Abnormal kemarin ;)

terdapat 3 aspek yang mengelompokkan seseorang berperilaku memenuhi kriteria abnormalitas :
Pertama . ASPEK BIOLOGIS ketika terjadi ketidakseimbangan zat biokemis dalam sistem syaraf tubuh seseorang, menyebabkan munculnya gangguan abnormalitas. yang sering kita jumpai seperti adanya simtom (gangguan-gangguan) tidur, nafsu makan, tingkat energi atau kekebalan tubuh dll. da termasuk gangguan-gangguan yang disebabkan oleh kerusakan struktur fungsi di bagian otak manusia.

Kedua. ASPEK PSIKOLOGIS ketika seseorang mengalami keadaan disfungsi secara psikologis, Terganggu secara emosi, pengalaman kesedihan yang teramat sangat, termasuk pengalaman penginderaan menerima proses penginderaan yang mengakibatkan keedaan traumatik dalam diri seseorang. Aspek psokologis ini juga mencakup keadaan disfungsi kognitif, yaitu penyimpangan yang terjadi dalam diri seseorang yang mempresepsikan dirinya tidak mampu atau tidak dapat menjalani suatu keadaan. 

Ketiga. ASPEK SOSIOKULTURAL yaitu perilaku yang sudah termasuk melanggar norma secara sosial, sebagai contoh yaitu menyakiti , mengganggu atau merusak kehidupan orang lain.

Kriteria Abnormalitas dengan menggunakan Psikoanalisa :
1. Ketika seseorang terlalu mudah bahkan sering menggunakan benteng pertahanan dalam dirinya, atau dalam istilah psikologisnya yaitu "Defense Mechanism" yang arahnya cenderung tidak positif. mengapa tidak positif ? karena efek dari defense yang negatif yang tidak berhasil dapat mengakibatkan keadaan seseorang menjadi frustasi dan konflik yang berkepanjangan dalam dirinya.

2. Ketidak seimbangan antara id, Ego dan Superego dalam pribadi seseorang. hati-hati yaa sama 3 hal ini, jangan sampai terjadi Self Blaming dalam diri kita. 

3. Munculnya masalah-masalah pada tahap perkembangan Oral, Anal, genital dan lain-lainnya. seperti terjadinya fiksasi, atau yang lebih parah Gangguan Masochist, Sado masochist sampai kasus kasus gangguan phedofilia dan lain-lain.



lalu bagaimana dengan kriteria seseorang yang diaggap normal ??

Menurut WHO ( World Health Organization) Sehat ( Normal) adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa hilangnya penyakit atau keadaan-keadaan lemah tertentu.
diperjelas kembali, yaitu pribadi yang normal yaitu ketika dapat membedakan atau mengintegrasikan fungsinya secara Kognitif, Afektif serta Konatif.

Sedangkan menurut Maslow & Mittelman dalam Kartono 1989, Kriteria perilaku Normal yaitu :
  • Memiliki perasaan yang aman dalam dirinya atau sence of security yang tepat dalam dirinya
  • Memiliki spontanitas dan  emosionalitas yang baik dalam dirinya
  • Efisien dalam menghadapi realitas yang terjadi
  • Memiliki dorongan-dorongan (id) atau nafsu secara jasmaniah yang tepat dalam dirinya
  • Penilaian diri serta Insight yang rasional
  • Memiliki tujuan hidup yang adekuat dalam dirinya 
  • punya kemampuan dalam menyerap pelajaran dari pengalaman-pengalaman semasa hidupnya
  •  serta memiliki kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan/ tuntutan baik dalam dirinya maupun dari kelompoknya
nah, dari beberapa kriteria abnormal maupun penjelasan mengenai Normal diatas semoga dapat menambah pengetahuan readers tentang apa itu Abnormal dan membedakannya dengan keadaan Normal. semoga bermanfaat yaaaa :)






Jumat, 17 Februari 2012

PART 1 :Mengenal Psikologi Abnormal



Dear readers :)
Berkenalan dengan salah satu cabang dari Ilmu psikologi lainnya di semester 6 ini, yaitu Psikologi Abnormal. Secara tersirat, yang pertama kali terlintas dalam pikiran saya ketika mendengar nama mata kuliah ini adalah mengenal, mempelajari dan mendalami perilaku-perilaku yang menyimpang dari normal. lalu sebenarnya apa itu psikologi abnormal ?

Definisi Psikologi Abnormal : suatu cabang dari psikologi yang mempelajari tentang prilaku yang abnormal (abnormal behavior), khususnya yang berkaitan dengan patologis yang disebut juga sebagai gangguan prilaku (behavior disorder).ilmu yang mempelajari sifat dan perkembangan dari gangguan jiwa termasuk alasan mengapa seseorang berprilaku, berpikir dan merasa dalam cara yang tidak diharapkan. 

seperti yang dijelaskan sebelumnya, abnormal sendiri berarti menyimpang dari normal. akan tetapi standar dari perilaku normal itu sendiri sangat bervariasi dan tergantung perspektif dari mayoritas orang maupun masyarakat.
 
Menurut Szasz, prilaku seseorang dianggap patologis apabila pola prilaku yang telah dipelajarinya secara minimal sekalipun tidak mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh masyarakatnya (socially maladjusted). dari definisi dan pernyataan dari Szasz tersebut, dapat saya tarik garis bahwa Socially Maladjusted dari hasil mayoritas masyarakat sangat berpengaruh penting bagi eksistensi seorang individu ditengah populasinya sebagai makhluk sosial. disinilah mengapa ada identifikasi mengenai mana perilaku normal dan mana perilaku yang termasuk katagori abnormal.

 apakah identifikasi dari perilaku abnormal itu ?
apakah dasar yang membedakan dari perilaku normal manusia dan abnormal sulit diidentifikasi?
faktanya, perilaku abnormal sulit dibedakan dengan perilaku normal manusia biasa. dan jangan salah, dari sumber informasi yang saya baca menyebutkan bahwa faktanya ,setiap kita dari manusia memiliki potensi untuk terganggu dan bertingkah laku abnormal. ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menetukan suatu perilaku dikatakan abnormal seperti :

1) Perilaku dianggap abnormal jika menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu tersebut.
2) Perilaku abnormal menunjukkan ketidakmatangan individu. Maksudnya, seseorang akan dikatakan abnormal bila perilakunya tidak sesuai dengan tingkat usia yang dicapainya dan tidak sama dengan situasi yang dialaminya.
3) Berkaitan dengan ciri ketidakmatangan diatas, abnormal dicirikan ketika seorang individu mengalami hambatan atau gannguan psikologis sehingga individu tersebut tidak dapat menjalankan peran sosialnya ( Disfungsi Sosial).
4) Merasakan ketidaknyamanan yang berlebihan. Sebagai contoh, Perasaan akan takut atau cemas yang berlebihan yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala depresi pada jangka panjang.
5) Disfungsi Psikologis, yaitu ketika seorang individu yang dikatakan abnormal memiliki simtom atau keluhan-keluhan yang muncul di dirinya yang biasanya terlalu dilebih-lebihkan sehingga mengakibatkan ketidaksesuaian respon dari populasinya (Mayoritas masyarakat).

Pada dasarnya, setiap diri kita sebagai individu memiliki kesempatan atau potensi untuk terganggu atau bertingkah laku abnormal, karena pada dasarnya penderita abnormal sulit dibedakan dengan orang normal. Tentu saja keadaan ini juga tergantung dari daya integrasi yang meliputi Kognitif, Afeksi serta psikomotorik yang dimiliki oleh diri kita sebagai makhluk sosial

SUMBER :
Diktat Psikologi Abnormal, 2007
http://www.scribd.com/doc/34873082/Psikologi-Abnormal
Diktat Psikologi Abnormal oleh M. Fakhrurrozi, S.Psi.